Senin, 26 Maret 2018

Model Pembelajaran Bersiklus

Pembelajaran Bersiklus

(Learning Cycle)







     A.    Pengertian

Pembelajaran bersiklus adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siklus yang dimaksud merupakan rangkaian tahap kegiatan yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa berperan aktif untuk dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam tujuan pembelajaran. Dalam sebuah Jurnal Euclid Trowbridge & Bybee (1996) mengatakan bahwa “Learning Cycle (daur belajar) merupakan model pembelajaran sains yang berbasis konstruktivistik. Model ini dikembangkan oleh J. Myron Atkin, Robert Karplus dan Kelompok SCIS (Science Curriculum Improvement Study), di Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat sejak tahun 1970-an”.
Pada awalnya Learning Cycle dikembangkan ke dalam 3 fase pembelajaran, yaitu fase Exploration, fase Invention, dan fase Discovery, yang kemudian istilahnya diganti menjadi Exploration, Concept Introduction dan Concept Application. Ketiga tahapan tersebut terus mengalami perkembangan, Lawson (dalam Maswatu, 2013:14) mengemukakan bahwa ada tiga tahapan dalam siklus belajar yaitu eksplorasi (exploration), menjelaskan (explanation), dan memperluas (elaboration/extention), yang dikenal dengan Learning Cycle 3E. Selanjutnya model ini mengalami perkembangan menjadi Learning Cycle 5E (Engage, Explore, Explain, Elaborate, and Evaluate) sampai pada tahun 2003, Eisenkraft mengembangkan model Learning Cycle menjadi Learning Cycle 7E (Elicit, Engage, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate, and Extend). Berikut disajikan diagram perubahan model pembelajaran Learning Cycle 5E ke Learning Cycle 7E.
Ciri khas model pembelajaran ini adalah setiap siswa secara individu belajar materi pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh guru, kemudian hasil belajar individual dibawa ke kelompok untuk didiskusikan oleh anggota kelompok dan semua anggota kelompok bertanggungjawab secara bersama-sama atas keseluruhan jawaban.

     B.     Langkah-Langkah Pembelajaran

1.      Tahapan Learning Cycle 3E




Fase
Deskripsi
Exploration
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan. Dari kegiatan ini diharapkan muncul pertanyaan-pertanyaan yang mengarah berkembangnya pemikiran tingkat tinggi yang diawali dengan kata-kata mengapa dan bagaimana, Sementara itu guru berperan untuk menjawab pertanyaan siswa, memberikan pertanyaan yang bersifat divergen.
Explanation
Pada tahap ini siswa mengenal istilah-istilah yang berkaitan dengan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari. Sedangkan guru berperan membimbing siswa berpikir sehingga pemaham konsep yang diajarkan ditemukan secara kooperatif. Dalam tahap ini guru memberikan pertanyaan yang bersifat konvergen.
Elaboration
Pada tahap ini siswa diajak menerapkan pemahaman konsep yang
telah dipelajari dengan pemahaman sebelumnya agar pemahaman dan penguasaan konsep siswa menjadi lebih mendalam, untuk melakukan hal tersebut dapat melalui kegiatan seperti kegiatan memecahkan masalah (problem solving).


2.      Tahapan Learning Cycle 5E





Fase
Deskripsi
Engagement
Guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses factual dalam kehidupan sehari-hari.
Exploration
Siswa dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa, kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembeljaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini, siswa didorong untuk menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis baru, mencoba alternative penyelesaiannya, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi.
Explanation
Guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antar siswa atau guru.
Elaboration
Pada tahap ini, pengalaman baru dirancang untuk membantu siswa membangun pemahaman yang lebih luas tentang konsep yang telah diterangkan. Siswa memperluas konsep yang telah dipelajari, membuat koneksi dengan konsep lain yang berhubungan, serta mengaplikasikan pemahaman mereka dalam dunia nyata. Siswa bekerja secara kooperatif, mengidentifikasi, dan menyelesaikan aktivitas baru.
Evaluation
Guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban dengan menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya.


3.      Tahapan Learning Cycle 7E




Fase
Deskripsi
Elicit
Fase untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan awal siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari pemikiran siswa serta menimbulkan kepenasaran tentang  jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Fase ini dimulai dengan pertanyaan mendasar yang berhubungan dengan pelajaran yang akan dipelajari dengan mengambil contoh yang mudah yang diketahui siswa seperti kejadian sehari-hari yang secara umum memang terjadi.
Engage
Pada tahap ini siswa dan guru akan saling memberikan informasi dan pengalaman tentang pertanyaan-pertanyaan awal tadi, memberitahukan siswa tentang ide dan rencana pembelajaran sekaligus memotivasi siswa agar lebih berminat untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar. Fase ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, diskusi, membaca, atau aktivitas lain.
Explore
Fase yang membawa siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. Siswa dapat mengobservasi, bertanya, dan menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah disediakan sebelumnya. 
Explain
Merupakan fase yang didalamnya berisi ajakan terhadap siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang mereka dapatkan ketika fase eksplorasi sehingga pada akhirnya menuju konsep dan definisi yang lebih formal.
Elaborate
Fase yang bertujuan untuk membawa siswa menjelaskan definisi-definisi, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan   pada permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari.
Evaluate
Guru diharapkan secara terus menerus dapat mengobservasi dan memperhatikan siswa terhadap kemampuan dan keterampilannya untuk menilai tingkat pengetahuan dan atau kemampuannya, kemudian melihat perubahan pemikiran siswa terhadap pemikiran awalnya.  
Extend
Merupakan fase yang bertujuan untuk berpikir, mencari
menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah
dipelajari bahkan kegiatan ini dapat merangsang siswa untuk mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep
lain yang sudah atau belum mereka pelajari. 


     C.    Kelebihan dan Kekurangan (Learning Cycle 7E)
1.      Kelebihan 
a.       Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran
b.      Siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti oleh orang lain
c.       Siswa mampu menghubungkan potensi individu yang berhasil dan berguna, kreatif, bertanggungjawab, mengaktualisasikan, dan mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan yang terjadi
d.      Pembelajaran menjadi lebih bermakna
2.      Kekurangan 
a.       Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran
b.      Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran
c.       Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi
d.      Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran

     D.    Penelitian yang Relevan
1.   Penelitian yang dilakukan oleh Laelasari, Toto Subroto, dan Nurul Ikhsan K.  yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Dalam Kemampuan Representasi Matematis Siswa” menyimpulkan bahwa pembelajarannya menggunakan learning cycle 7E dapat meningkatkan kemampuan representasi mahasiswa. klik disini

2.      Penelitian yang dilakukan oleh Dhiah Septiana yang berjudul “Penerapan Model Learning Cycle 6E Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 1 Ngasem Kediri” menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Learning Cycle 6E juga dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas VIII-H SMP Negeri 1 Ngasem. 

      E.     Daftar Pustaka

Laelsasari, Subroto T., Karimah, N. I. 2014. “Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Dalam Kemampuan Representasi Matematis Siswa” Jurnal Euclid Vol 1 No. 2. Online:  http://www.fkip-unswagati.ac.id/ejournal/index.php/euclid/article/view/55 (diakses pada 28 Maret 2018).
Lestari, K. E. dan Yudhanegara, M. R. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: PT Refika Aditama.
Ruseffendi, E. T. 1988. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Septiana, D. “Penerapan Model Learning Cycle 6E Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 1 Ngasem Kediri” Jurnal Pendidikan Matematika. Online: http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelFBD6D8CF4B68D22AFC5C45DB7BE0EAE9.pdf (diakses pada 26 Maret 2018).
______. Skripsi. Online: repository.unpas.ac.id/10699/5/BAB%20II.pdf  (diakses pada 20 Maret 2018).

Model Pembelajaran CORE


CORE
(Connecting, Organizing, Reflecting, Extending)



A.    Pengertian
CORE adalah suatu model pembelajaran yang memiliki desain mengonstruksi kemampuan siswa dengan cara menghubungkan dan mengorganisasikan pengetahuan, kemudian memikirkan kembali konsep yang sedang dipelajari. Melalui pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat memperluas pengetahuan mereka selama pembelajaran.
Miller & Calfee (2004: 21) menyatakan bahwa model pembelajaran CORE dapat diterapkan dalam pembelajaran yang berbasis pengalaman, misalnya pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Curwen, Miller, White-Smith, & Calfee (2010: 133) menambahkan bahwa model pembelajaran tersebut dapat diterapkan pada semua mata pelajaran. Ciri khas dari model pembelajan ini terletak pada metode pembelajaran yang digunakan yakni diskusi.
CORE merupakan singkatan dari empat kata yang memiliki kesatuan fungsi dalam proses pembelajaran, yaitu Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending. Menurut Harmsem, elemen-elemen tersebut digunakan untuk menghubungkan informasi lama dengan informasi baru, mengorganisasikan sejumlah materi yang bervariasi, merefleksikan segala sesuatu yang peserta didik pelajari, dan mengembangkan lingkungan belajar.

B.     Langkah-Langkah Pembelajaran
Model CORE terdiri dari empat tahapan, yaitu connecting, organizing, reflecting, dan extending. Tahapan dalam model pembelajaran CORE tersebut bersifat siklus sebagaimana diilustrasikan pada gambar berikut ini.




Tahapan model pembelajaran CORE dijelaskan sebagai berikut.

  
Tahapan Pembelajaran
Kegiatan Siswa
Menghubungkan Pengetahuan (Connecting Knowledge)
a.     mengingat kembali (recall), membuat mata rantai (link) dan merangkai ide-ide.  (Bruning, Schraw, dan Norby, 2011: 205)
b.      mengingat kembali tanggal atau fakta atau daftar informasi tertentu dan sekumpulan instruksi (Caine dan Caine, 1997: 41)
c.  mendengarkan, membaca, mencium, merasakan, dan menulis (Henson dan Eller, 1999: 249)
Mengorganisasikan Informasi
(Organizing Information)
a. mengumpulkan fakta-fakta dan mengorganisasikan informasi-informasi baru (Bruning, Schraw, dan Norby, 2011: 205)
b.      membuat peta konsep (Novak dan Canas, 2008: 1)
Refleksi dalam Kegiatan Belajar (Reflecting on Learning)
a.       menyajikan, mengatur, menjelaskan, dan mempertahankan ide (Bruning, Schraw, dan Norby, 2011: 205)
b.  mengalami, menginterpretasikan pengalaman secara spontan, mengidentifikasi masalah atau pertanyaan yang didasarkan pada pengalaman, menghasilkan penjelasan yang mungkin untuk masalah atau pertanyaan yang diajukan, merumuskan hipotesis, dan bereksperimen atau menguji hipotesis yang dipilih. (Rodgers, 2002: 851).
Memperluas Pengalaman (Extending the Experience)
membahas topik-topik baru lainnya yang relevan (Dymock, 2005: 2) - mencari jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan sendiri (Bruning, Schraw, dan Norby, 2011: 205)

C.    Contoh Pembelajaran dengan CORE
  1. Connecting: Dalam pembelajaran geometri, guru dapat menyajikan suatu peta untukmengenalkan konsep jarak pada siswa. 


 Pada awalnya, guru akan mengenalkan istilah posisi, kedudukan, jauh, dan dekat untuk mengenalkan konsep jarak. Selanjutnya, guru dapat membantu siswa untuk mengingat kembali dalil Pythagoras dan kedudukan titik pada bidang Cartesius. Bila perlu, guru dapat menyediakan kertas berpetak untuk memudahkan siswa dalam menentukan jarak antar titik.

2.      Organizing:

 Guru meminta siswa mengamati gambar tersebut. Guru memisalkan panjang rusuk kubus tersebut dengan suatu bilangan beserta satuannya, misalnya 4 cm. Siswa diminta untuk melengkapi tabel yang telah disediakan guru.

3.      Reflecting: Pada pembelajaran geometri siswa dapat mengoreksi kembali hasil pekerjaan
siswa dan mengkonfirmasikannya dengan guru mereka atau siswa dapat menjawab atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memperkuat pemahaman siswa tentang pengertian atau cara menentukan jarak, misalnya jarak antardua titik pada kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk p satuan.

4.   Extending: Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH berikut ini.


 Panjang rusuk kubus tersebut adalah 8 dm. Tentukan jarak antara titik F dan bidang BDQ.

       D.    Implementasi CORE dengan Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013
Tabel berikut menyajikan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa pada tiap tahap pembelajaran yang disintesiskan dari beberapa sumber, di antaranya Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, Bruning, Schraw, dan Norby, (2011), Caine dan Caine (1997), Henson dan Eller (1999), Novak dan Canas, (2008), dan Rodgers (2002).


Connecting
Organizing
Reflecting
Extending
Observing
membaca, mendengar, menyimak, melihat, dan menulis.
-
-
-
Questioning
mengajukan pertanyaan untuk mengumpul kan informasi secara factual
-
-
-
Experimenting
-
mengalami, mengidentifikasi masalah atau pertanyaan yang didasarkan pada pengalaman, menghasilkan penjelasan yang mungkin untuk masalah atau pertanyaan yang diajukan, merumuskan hipotesis, dan bereksperimen atau menguji hipotesis yang dipilih.
-
-
Associating
-
-
mengolah/meng organisasikan informasi
-
Communicating
-
-
menginterpretasi kan pengalaman
-

E.     Kelebihan dan Kekurangan
Adapun kelebihan dan kekurangan model CORE adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan Model CORE
a.       Siswa aktif dalam belajar.
b.      Melatih daya ingat siswa tentang suatu konsep/informasi.
c.       Melatih daya pikir kritis siswa terhadap suatu masalah.
d.      Memberikan siswa pembelajaran yang bermakna.
2.      Kekurangan Model CORE 
a.       Membutuhkan persiapan matang dari guru untuk menggunakan model ini.
b.      Memerlukan banyak waktu.
c.       Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan model CORE.

F.     Penelitian yang Relevan
      1Penelitian yang dilakukan oleh Swastika Imas Kusrianto, Suhito Suhito, dan Wuryanto Wuryanto yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran CORE Berbantuan Pop Up Book Terhadap Kemampuan Siswa Kelas VIII Pada Aspek Representasi Matematis” menyimpulkan bahwa model pembelajaran CORE berbantuan pop up book efektif terhadap kemampuan siswa kelas VIII pada aspek representasi matematis. Klik disini
        
       2. Penelitian yang dilakukan oleh Gusti Ayu Nyoman Dewi Satriani, Nyoman Dantes, I Nyoman        Jampel yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model CORE Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dengan Kovariabel Penalaran Sistematis Pada Siswa Kelas III Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat” menyimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran CORE lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Klik disini

G.    Daftar Pustaka
Lestari, K. E. dan Yudhanegara, M. R. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: PT Refika Aditama.
Kusrianto, I. S., Suhito, dan Wuryanto. 2016. “Keefektifan Model Pembelajaran CORE Berbantuan Pop Up Book Terhadap Kemampuan Siswa Kelas VIII Pada Aspek Representasi Matematis.” Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 5 No. 2. Online: https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme/article/view/12314 (diakses 26 Maret 2018).
Nugroho, D. A. 2016. Perangkat Pembelajaran Geometri SMA dengan Mengadaptasi Model CORE: Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah, Efikasi Diri, dan Prestasi Belajar Siswa. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Satriani, G. A. N. D., Dantes, N., I Nyoman Jampel. 2015. “Pengaruh Penerapan Model CORE Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dengan Kovariabel Penalaran Sistematis Pada Siswa Kelas III Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat.” Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 5 No. 1. Online: https://media.neliti.com/media/publications/207521-pengaruh-penerapan-model-core-terhadap-k.pdf (diakses pada 26 Maret 2018).