CORE
(Connecting, Organizing, Reflecting,
Extending)
A.
Pengertian
CORE
adalah suatu model pembelajaran yang memiliki desain mengonstruksi kemampuan
siswa dengan cara menghubungkan dan mengorganisasikan pengetahuan, kemudian
memikirkan kembali konsep yang sedang dipelajari. Melalui pembelajaran ini,
siswa diharapkan dapat memperluas pengetahuan mereka selama pembelajaran.
Miller
& Calfee (2004: 21) menyatakan bahwa model pembelajaran CORE dapat
diterapkan dalam pembelajaran yang berbasis pengalaman, misalnya pembelajaran
dengan pendekatan inkuiri. Curwen, Miller, White-Smith, &
Calfee (2010: 133) menambahkan bahwa model pembelajaran tersebut dapat
diterapkan pada semua mata pelajaran. Ciri khas dari model pembelajan ini
terletak pada metode pembelajaran yang digunakan yakni diskusi.
CORE
merupakan singkatan dari empat kata yang memiliki kesatuan fungsi dalam proses
pembelajaran, yaitu Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending. Menurut
Harmsem, elemen-elemen tersebut digunakan untuk menghubungkan informasi lama
dengan informasi baru, mengorganisasikan sejumlah materi yang bervariasi,
merefleksikan segala sesuatu yang peserta didik pelajari, dan mengembangkan
lingkungan belajar.
B.
Langkah-Langkah
Pembelajaran
Model
CORE terdiri dari empat tahapan, yaitu connecting,
organizing, reflecting, dan extending.
Tahapan dalam model pembelajaran CORE tersebut bersifat siklus sebagaimana
diilustrasikan pada gambar berikut ini.
Tahapan
model pembelajaran CORE dijelaskan sebagai berikut.
Tahapan
Pembelajaran
|
Kegiatan
Siswa
|
Menghubungkan Pengetahuan (Connecting Knowledge)
|
a. mengingat
kembali (recall), membuat mata
rantai (link) dan merangkai
ide-ide. (Bruning, Schraw, dan Norby,
2011: 205)
b. mengingat
kembali tanggal atau fakta atau daftar informasi tertentu dan sekumpulan
instruksi (Caine dan Caine, 1997: 41)
c. mendengarkan,
membaca, mencium, merasakan, dan menulis (Henson dan Eller, 1999: 249)
|
Mengorganisasikan Informasi
(Organizing Information)
|
a. mengumpulkan
fakta-fakta dan mengorganisasikan informasi-informasi baru (Bruning, Schraw,
dan Norby, 2011: 205)
b. membuat
peta konsep (Novak dan Canas, 2008: 1)
|
Refleksi dalam Kegiatan Belajar (Reflecting on Learning)
|
a. menyajikan,
mengatur, menjelaskan, dan mempertahankan ide (Bruning, Schraw, dan Norby,
2011: 205)
b. mengalami,
menginterpretasikan pengalaman secara spontan, mengidentifikasi masalah atau
pertanyaan yang didasarkan pada pengalaman, menghasilkan penjelasan yang
mungkin untuk masalah atau pertanyaan yang diajukan, merumuskan hipotesis,
dan bereksperimen atau menguji hipotesis yang dipilih. (Rodgers, 2002: 851).
|
Memperluas Pengalaman (Extending the Experience)
|
membahas topik-topik baru lainnya yang
relevan (Dymock, 2005: 2) - mencari jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan
sendiri (Bruning, Schraw, dan Norby, 2011: 205)
|
C.
Contoh
Pembelajaran dengan CORE
1. Connecting: Dalam
pembelajaran geometri, guru dapat menyajikan suatu peta untukmengenalkan
konsep jarak pada siswa.
2. Organizing:
3. Reflecting:
Pada pembelajaran geometri siswa dapat mengoreksi kembali hasil pekerjaan
siswa dan mengkonfirmasikannya
dengan guru mereka atau siswa dapat menjawab atau mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat memperkuat pemahaman siswa tentang pengertian
atau cara menentukan jarak, misalnya jarak antardua titik pada kubus ABCD.EFGH
dengan panjang rusuk p satuan.
4.
Extending:
Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH berikut ini.
D. Implementasi CORE dengan Pembelajaran
Berbasis Kurikulum 2013
Tabel
berikut menyajikan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa pada tiap tahap
pembelajaran yang disintesiskan dari beberapa sumber, di antaranya
Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, Bruning, Schraw, dan Norby, (2011), Caine
dan Caine (1997), Henson dan Eller (1999), Novak dan Canas, (2008), dan Rodgers
(2002).
Connecting
|
Organizing
|
Reflecting
|
Extending
|
|
Observing
|
membaca, mendengar,
menyimak, melihat, dan menulis.
|
-
|
-
|
-
|
Questioning
|
mengajukan pertanyaan
untuk mengumpul kan informasi secara factual
|
-
|
-
|
-
|
Experimenting
|
-
|
mengalami,
mengidentifikasi masalah atau pertanyaan yang didasarkan pada pengalaman, menghasilkan
penjelasan yang mungkin untuk masalah atau pertanyaan yang diajukan,
merumuskan hipotesis, dan bereksperimen atau menguji hipotesis yang dipilih.
|
-
|
-
|
Associating
|
-
|
-
|
mengolah/meng
organisasikan informasi
|
-
|
Communicating
|
-
|
-
|
menginterpretasi kan
pengalaman
|
-
|
E.
Kelebihan
dan Kekurangan
Adapun kelebihan dan kekurangan model CORE
adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan Model CORE
a. Siswa
aktif dalam belajar.
b. Melatih
daya ingat siswa tentang suatu konsep/informasi.
c. Melatih
daya pikir kritis siswa terhadap suatu masalah.
d. Memberikan
siswa pembelajaran yang bermakna.
2. Kekurangan
Model CORE
a. Membutuhkan
persiapan matang dari guru untuk menggunakan model ini.
b. Memerlukan
banyak waktu.
c. Tidak
semua materi pelajaran dapat menggunakan model CORE.
F.
Penelitian
yang Relevan
1. Penelitian
yang dilakukan oleh Swastika Imas Kusrianto, Suhito Suhito, dan Wuryanto Wuryanto yang berjudul
“Keefektifan Model Pembelajaran CORE Berbantuan Pop Up Book Terhadap Kemampuan Siswa Kelas VIII Pada Aspek
Representasi Matematis” menyimpulkan bahwa model pembelajaran CORE berbantuan pop up book efektif terhadap kemampuan siswa kelas VIII pada aspek representasi
matematis. Klik disini
2. Penelitian
yang dilakukan oleh Gusti Ayu Nyoman Dewi Satriani, Nyoman Dantes, I Nyoman Jampel yang berjudul “Pengaruh Penerapan
Model CORE Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dengan Kovariabel
Penalaran Sistematis Pada Siswa Kelas III Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan
Denpasar
Barat” menyimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran CORE lebih baik secara
signifikan dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran konvensional. Klik disini
G.
Daftar
Pustaka
Lestari, K. E. dan Yudhanegara, M. R.
2015. Penelitian Pendidikan Matematika.
Bandung: PT Refika Aditama.
Kusrianto, I. S., Suhito, dan Wuryanto. 2016. “Keefektifan Model Pembelajaran CORE Berbantuan Pop Up Book Terhadap Kemampuan Siswa Kelas VIII Pada Aspek Representasi Matematis.” Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 5 No. 2. Online: https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme/article/view/12314 (diakses 26 Maret 2018).
Kusrianto, I. S., Suhito, dan Wuryanto. 2016. “Keefektifan Model Pembelajaran CORE Berbantuan Pop Up Book Terhadap Kemampuan Siswa Kelas VIII Pada Aspek Representasi Matematis.” Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 5 No. 2. Online: https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme/article/view/12314 (diakses 26 Maret 2018).
Nugroho, D. A. 2016. Perangkat Pembelajaran Geometri SMA dengan Mengadaptasi Model CORE:
Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah, Efikasi Diri, dan Prestasi
Belajar Siswa. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Satriani, G. A. N. D., Dantes,
N., I Nyoman Jampel. 2015. “Pengaruh Penerapan Model CORE Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Dengan Kovariabel Penalaran Sistematis Pada Siswa
Kelas III Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat.” Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 5 No. 1.
Online: https://media.neliti.com/media/publications/207521-pengaruh-penerapan-model-core-terhadap-k.pdf
(diakses pada 26 Maret 2018).


waw bermanfaat sekali...
BalasHapusbermmanfaat sekali terimakasih
BalasHapusSangat bermanfaat, terima kasih
BalasHapusmicrotouch solo titanium - iWare - TITanium Arts
BalasHapusThe titanium bar stock band, columbia titanium pants called "microtouch", titanium wedding band sets is made of platinum-black silicon and features six citizen eco drive titanium watch new instrument heads that are titanium tv alternative integrated into its design,